Hasil Studi Terbaru, Sejak Mahkamah Agung Amerika Serikat membatalkan putusan Roe v. Wade pada Juni 2022, yang selama hampir lima dekade melindungi hak aborsi secara konstitusional, berbagai dampak hukum dan sosial telah muncul di seluruh negeri. Berdasarkan hasil studi terbaru, jumlah aborsi di Amerika Serikat justru menunjukkan peningkatan sejak putusan bersejarah ini dibatalkan, meskipun dengan variasi yang signifikan antar negara bagian.
Peningkatan Jumlah Aborsi di Beberapa Negara Bagian
Studi ini, yang dilakukan oleh Institut Guttmacher, sebuah organisasi riset yang fokus pada kesehatan reproduksi, mengungkapkan bahwa meskipun akses terhadap layanan aborsi menjadi semakin sulit di banyak negara bagian, beberapa negara bagian mengalami lonjakan jumlah aborsi. Lonjakan ini terjadi terutama di negara-negara bagian yang tetap mempertahankan akses aborsi secara legal dan aman setelah putusan Mahkamah Agung tersebut.
Negara-negara bagian seperti Illinois, New Mexico, dan California mengalami peningkatan signifikan dalam jumlah prosedur aborsi yang dilakukan. Peningkatan ini sebagian besar disebabkan oleh migrasi pasien dari negara bagian yang memberlakukan larangan aborsi yang ketat, seperti Texas dan Alabama, menuju negara bagian yang lebih ramah terhadap aborsi.
Efek Domino dari Pembatalan Roe v. Wade
Setelah Roe v. Wade dibatalkan, lebih dari selusin negara bagian AS segera memberlakukan undang-undang yang melarang atau sangat membatasi akses aborsi. Hal ini memicu gelombang pasien yang terpaksa melakukan perjalanan jauh ke negara bagian yang masih mengizinkan aborsi, yang dalam banyak kasus meningkatkan risiko dan kesulitan yang dihadapi oleh wanita dalam mendapatkan layanan tersebut.
Namun, peningkatan jumlah aborsi di beberapa negara bagian tidak serta-merta mencerminkan tren nasional. Di banyak negara bagian yang memberlakukan larangan ketat, jumlah aborsi yang tercatat menurun drastis, menggambarkan bahwa akses terhadap layanan ini menjadi semakin sulit dijangkau oleh mereka yang membutuhkan.
Dampak Sosial dan Ekonomi
Studi ini juga menyoroti dampak sosial dan ekonomi dari perubahan hukum aborsi di AS. Wanita dari kelompok minoritas dan mereka yang hidup di bawah garis kemiskinan cenderung paling terdampak oleh pembatalan Roe v. Wade. Ketidakmampuan untuk mengakses layanan aborsi yang aman dapat memperburuk kesenjangan ekonomi dan kesehatan yang sudah ada sebelumnya di Amerika Serikat.
Selain itu, beban ekonomi dan emosional yang ditimbulkan oleh perjalanan lintas negara bagian untuk mendapatkan layanan aborsi juga menjadi perhatian serius. Banyak wanita terpaksa mengambil cuti dari pekerjaan, mengeluarkan biaya tambahan untuk perjalanan dan akomodasi, serta menghadapi tekanan mental yang signifikan.
Respons dari Kelompok Pro-Choice dan Pro-Life
Kelompok pendukung hak aborsi (pro-choice) telah menggunakan hasil studi ini untuk menekankan urgensi dalam melindungi akses aborsi yang aman dan legal di seluruh AS. Mereka berpendapat bahwa pembatalan Roe v. Wade tidak mengurangi permintaan akan aborsi, tetapi malah menambah kesulitan dan risiko bagi wanita yang membutuhkan layanan tersebut.
Di sisi lain, kelompok yang menentang aborsi (pro-life) menilai bahwa peningkatan jumlah aborsi di beberapa negara bagian adalah bukti perlunya undang-undang yang lebih ketat di seluruh negeri. Mereka terus mendorong upaya untuk melarang aborsi secara menyeluruh, dengan tujuan akhir untuk menghentikan praktik ini di seluruh Amerika Serikat.
Kesimpulan
Hasil studi terbaru menunjukkan bahwa pembatalan Roe v. Wade telah memicu peningkatan jumlah aborsi di beberapa negara bagian AS, terutama di negara bagian yang tetap mempertahankan akses aborsi secara legal. Meskipun demikian, akses terhadap layanan aborsi menjadi semakin tidak merata di seluruh negeri, dengan dampak sosial dan ekonomi yang signifikan terhadap wanita yang terdampak. Perdebatan seputar hak aborsi diperkirakan akan terus berlanjut, dengan dampak yang mendalam terhadap kebijakan kesehatan reproduksi di Amerika Serikat.